Kamis, 27 Januari 2011

keharmonisan rumah tangga warga LDII

Terus terang, ketika pertama kali mengkaji surat an-Nisaa ayat 34, Ar-rijaalu qowwamuuna ‘alan nisaa’i……Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),,, betapa senangnya hati ini. Serasa di awang – awang. Terbayang betapa enaknya kaum lelaki. Dia adalah pemimpin buat kaum wanita, yang harus ditaati dan dihormati. Kayak raja, dilayani, dituruti segala perintahnya dan penuh wibawa. Apa yang diingini, keturutan. Apa yang dimaui kesampaian. Sungguh bayangan
yang menghentak dan menggejolak. Bayangan kehidupan rumah tangga yang penuh euphoria dan kesenangan. Senang dan senang terus. Dan pengin segera memasukinya. Apalagi sang penyampai dengan lihainya mengurai dan menjelaskan. Bahkan dengan contoh – contohnya yang transparan. Penuh tawa dan canda, namun membuat tambah yakin dan gamblang. Misalnya, orang yang berkeluarga itu enaknya cuma 10 %. Kemudian sang penyampai berhenti bicara. Jeda ini membuat penasaran dan bertanya – tanya, sebelum sang mubaligh meneruskan. Sedangkan yang 90 % itu euunaak sekali.
Sudah begitu, nasehat bab ketaatan juga kenceng meluncur bak kereta cepat shinkansen, menjelaskan kalau wanita harus taat kepada suami, selain taat kepada Allah & Rasul. Suami adalah jembatan untuk masuk surga atau neraka bagi istri. Diperkuat dengan dalil – dalil yang sungguh dahsyat, seperti; Dari Abu Huroiroh ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Kalau seandainya aku boleh memerintah seseorang sujud kepada seseorang, niscaya aku perintahkan perempuan untuk sujud kepada suaminya.” (Rowahu at-Tirmidzi, dan ia berkata, ini hadits hasan shohih).
Ayat di atas tidak salah, hadits itu tidak keliru. Penyampai dan penasihat juga tidak kaprah. Dalam koridor fungsi dan dapukannya masing – masing, mereka telah menyampaikan amanat yang seharusnya disampaikan.
Dengan memahami ayat dan alhadits itulah yang di terapkan keluarga LDII. Sebagai seorang istri selalu mentoati perintah dari sang suami dengan ikhlas mengharapkan ridho Alloh. Sedangkan sang suami juga memahami kekurangan dan kelebihan sang istri yang menjadikan kehidupan di rumah seakan di surga. Tidak hanya saat di rumah saja, ketika berpapasan dengan orang lain saling menyapa dan mengucapkan salam bertegur sapa.
Hidup damai dan tentram seaakan kehidupan di dalam surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar